
Jakarta (9/12) – Musibah banjir besar di sejumlah wilayah Sumatra tak hanya berdampak pada aktivitas masyarakat, tetapi juga menjadi pengingat pentingnya peran dakwah Islam dalam menjaga kelestarian lingkungan. Menyikapi hal tersebut, Wakil Menteri Haji dan Umrah RI, Dahnil Anzar Simanjuntak mengajak ormas Islam memperkuat dakwah ekologis sebagai bagian dari tanggung jawab keumatan.
Dahnil menambahkan, dua wilayah yang terdampak banjir merupakan kampung halamannya, Aceh Tamiang dan Tapanuli Tengah. Kedua wilayah tersebut merupakan tempat ia menghabiskan masa sekolah dasar dan menengah pertama, “Aceh Tamiang itu kampung ibu saya, dulu saya bersekolah SD di situ. Sementara Tapanuli Tengah merupakan kampung bapak, saya juga pernah sekolah SMP di sana,” kenang Dahnil.
Sebagai bentuk kepedulian pribadi sekaligus tugas moral, Dahnil bersama relawan Matahari Pagi Indonesia turun langsung untuk menyalurkan bantuan. Menurut Dahnil, musibah ini seharusnya menjadi momentum refleksi nasional terkait perawatan alam.
Ia menilai keterlibatan lembaga-lembaga agama sangat penting dalam membangun kesadaran ekologis masyarakat, “Harus ada koreksi dari kita. Komitmen merawat alam, hutan, sungai. Saya ormas keagamaan Islam seperti LDII, Muhammadiyah, NU bisa membangun kesadaran jamaah,” ujarnya.
Ia menegaskan menjaga lingkungan itu fardhu ‘ain bukan fardhu kifayah, maka semua orang punya tanggung jawab,” tegasnya. Senada dengan Dahnil, Ketua DPP LDII yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Sudarsono menegaskan sudah saatnya dakwah ekologis digencarkan, mengingat 12,7 juta hektare lahan kritis menunggu untuk dipulihkan, “Ini kenyataan pahit. Kondisi ini semakin nyata ketika banjir dan longsor melanda Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat,” paparnya.
Senada dengan Dahnil, Ketua DPP LDII Sudarsono menegaskan sudah saatnya dakwah ekologis digencarkan, mengingat 12,7 juta hektare lahan kritis menunggu untuk dipulihkan, “Ini kenyataan pahit. Kondisi ini semakin nyata ketika banjir dan longsor melanda Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat,” paparnya.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor ini juga mengingatkan bila bangsa Indonesia hari ini tidak menanam pepohonan, maka hanya akan menanam krisis yang akan dipanen di kemudian hari, “Pohon adalah mesin kehidupan. Ia menyerap karbon dioksida, menghasilkan oksigen, menjaga siklus air, dan menahan tanah agar tidak longsor. Tanpa pohon, banjir dan kekeringan akan menjadi bencana rutin,” kata Sudarsono yang juga pakar bioteknologi tanaman.
Pohon juga menjadi rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna, menjaga keseimbangan ekosistem yang menopang kehidupan manusia. Islam mengajarkan menanam pohon merupakan sedekah, yang mendorong LDII melaksanakan program Go Green sejak 2007 dengan menanam jutaan pohon di Indonesia.
“Sementara dalam tradisi Nusantara, pohon bukan sekadar benda hidup, melainkan simbol kehidupan. Pohon beringin misalnya, menjadi lambang kekuatan dan perlindungan. Masyarakat adat di Kalimantan dan Papua memiliki ritual khusus untuk menanam dan menjaga pohon, sebagai bagian dari kosmologi mereka. Menanam pohon berarti menjaga hubungan spiritual dengan alam,” pungkasnya.
LDII Daerah Istimewa Yogyakarta Selamat Datang di Website Resmi LDII Daerah Istimewa Yogyakarta