Kolaborasi Media Massa dan Media Sosial: Strategi DPW LDII DIY Hadapi Era Post Truth

Ketua DPW LDII DIY menjadi narasumber utama dalam kegiatan Sosialisasi Admin Media Sosial yang dihelat DPD LDII Sleman, Minggu (27:04:2025)
Ketua DPW LDII DIY menjadi narasumber utama dalam kegiatan Sosialisasi Admin Media Sosial DPD LDII Sleman, Minggu (27/04/2025)

Yogyakarta (30/4) – Dalam menghadapi derasnya arus informasi di era digital, DPW LDII DIY menekankan pentingnya sinergi antara media massa dan media sosial sebagai strategi komunikasi yang relevan dan efektif. Ketua DPW LDII DIY, Ir. Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., IPU, menyatakan bahwa kedua kanal tersebut bukan lagi entitas yang berdiri sendiri, melainkan harus berkolaborasi sebagai mitra strategis dalam membangun narasi publik yang sehat.

“Media sosial dan media massa itu ibarat ‘duet maut’ yang tak bisa dipisahkan di zaman ini,” ujar Atus. Baginya, kemampuan generasi muda mengakses dan memproduksi informasi secara cepat melalui media sosial menjadikan mereka aktor penting dalam membentuk opini masyarakat. Namun, di balik kemudahan tersebut, tersembunyi pula tantangan besar: bagaimana memastikan informasi yang tersebar benar, bernilai, dan tidak merugikan.

DPW LDII DIY berpandangan bahwa peran media massa tetap esensial sebagai sumber informasi yang valid dan berimbang. Oleh karena itu, kolaborasi dengan media sosial perlu diarahkan untuk memperluas jangkauan, tanpa mengorbankan akurasi. Dalam hal ini, anak muda didorong tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga kreator konten yang bertanggung jawab. “Setiap kata yang kita pilih punya potensi mempengaruhi opini publik. Maka, bijak bermedia bukan hanya soal membaca, tapi juga saat menulis dan membagikan konten,” tegas Atus.

Pernyataan ini disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi Admin Media Sosial yang diadakan DPD LDII Sleman pada Minggu (27/4/2025). Dalam kegiatan tersebut, DPW LDII DIY juga mendorong penguatan konten lokal sebagai bagian dari strategi pemberitaan. Kisah dari lingkungan sekitar diyakini memiliki daya tarik emosional yang tinggi, selama dikemas dengan cerdas dan menarik. Salah satu contoh yang disampaikan adalah pemanfaatan judul yang menggugah rasa penasaran, seperti mengganti angka pasti menjadi frasa umum yang lebih mengundang klik.

Selain itu, dosen Fakultas Kehutanan UGM ini juga menekankan pentingnya merespons kritik atau komentar negatif secara bijak. Menurutnya, ruang digital bukan tempat untuk adu argumen emosional, melainkan forum untuk membangun dialog yang sehat. “Daripada terpancing, lebih baik mengajak berdiskusi. Dalam dunia jurnalistik digital, kecerdasan bukan hanya terletak pada kemampuan menulis, tapi juga dalam memilih waktu yang tepat untuk mendengar,” tutupnya.

About andhika widiasto

Check Also

Kyai Jainendra Setiawan Didampingi Kak Qomar dalam Rapat Koordinasi Pemuda LDII DIY

Mantapkan Program Kerja, Pemuda LDII DIY Gelar Rapat Koordinasi di Sleman

Sleman (17/2) – Pemuda Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) DIY menggelar rapat koordinasi di Masjid …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.